PT. SPA FACTORY BALI
Tahun 2002, Maria Satia Putri memutuskan untuk pindah ke Pulau Dewata, Bali. Disana ia memulai perjalanan karirnya sebagai seorang perempuan pengusaha produk-produk perawatan spa khusus hotel dan resort baik lokal mau internasional.
“Saya pada dasarnya adalah pencinta produk-produk spa dan lulur; Ibu saya yang berasal dari Yogyakarta yang memperkenalkan saya terhadap produk perawatan tubuh tersebut; memang dari muda saya sudah terbiasa menggunakan produk-produk seperti itu,”kata Maria.
Spa Factory Bali resmi dibuka pada bulan Agustus 2002. Pada awal usahanya, Maria hanya memiliki satu orang pegawai saja dan menggunakan rumahnya sendiri sebagai tempat produksi. Pada bulan September 2002, dunia internasional digemparkan oleh sebuah peristiwa yang sangat mengenaskan. Bom Bali memakan korban ratusan jiwa. Hal ini tentu berdampak pada usaha yang sedang dirintis oleh Maria. Namun Maria adalah seorang perempuan pengusaha yang tangguh. “Itu resiko usaha, saya memiliki keinginan kuat dan terus berpikir positif,” kata Maria.
Kegigihan Maria dalam merintis usahanya ini membuahkan hasil dan mulai melakukan ekspor pertama produk spanya ke luar negeri.
“Usaha saya ini berskala kecil-menengah dan saya juga bukan pengusaha dengan modal besar, jadi saya harus dapat membuat produk yang benar-benar dapat memuaskan para konsumen saya; baik yang ada di tingkat nasional maupun internasional,” katanya.
Selain mutu dari produk, Maria juga menambahkan bahwa pentingnya inovasi dan kemampuan untuk melihat dan menentukan segmen pasar khusus (niche market) dalam rangka menarik perhatian para konsumen. Private label atau pembuatan produk yang disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan konsumen secara personal menjadi pilihan jenis usahanya. “Kami tidak memiliki brand untuk produk-produk yang kami hasilkan, tetapi kami membuat produk serta membangun brand image untuk orang lain; keadaan ini justru membuat perusahaan kami bertahan dan justru berkembang hingga kini,” kata Maria.
PEREMPUAN PEMIMPIN
Kepimpinan seorang perempuan dalam usaha pembuatan produk spa ini, menurut Maria sangat memberikan berbagai macam ide peningkatan.
“Sebagai perempuan, saya memiliki naluri keibuan yang kuat sekali; hal ini justru membantu saya untuk merangkul para karyawan saya yang juga kebanyakan perempuan; kita jadi lebih terbuka dalam komunikasi dan kompak dalam bekerja, “ kata Maria.
Salah satu usaha yang dilakukan oleh Maria untuk menciptakan kondisi kerja yang nyaman adalah membuat tempat penitipan anak bagi para karyawan perempuannya. Hal ini memberikan dampak positif terhadap suasana kerja karena memberikan rasa aman secara psikologis bagi para karyaw
an perempuan. “Saya juga ibu dari seorang anak, jadi saya sangat memahami perasaan aman ketika kita sebagai ibu dapat bekerja sambil mengawasi
anak kita”, jelas Maria.
Persaingan bisnis yang luar biasa diluar sana membuat Maria sadar diri bahwa perusahaan ini dapat bertahan justru karena suasana kekeluargaan yang kental serta fleksibilitas yang tinggi yang sengaja diciptakan dalam rangka membangun kondisi kerja dan tempat kerja yang menyena
ngkan bagi para karyawannya. Memasak dan makan siang bersama, pergi memancing bersama adalah beberapa contoh kegiatan yang sering diadakan oleh Spa Factory demi menjaga suasana kerja untuk tetap positif.
“Kegiatan-kegiatan kebersamaan ini justru menciptakan sense of belonging yang tinggi diantara para karyawan terhadap perusahaan ini; pada akhirnya hal ini akan berdampak pada proses produksi yang lebih efisien dan efektif yang bertujuan kepuasan konsumen terhadap produk yang dihasilkan,”ujar Maria.
PEMBENAHAN PERUSAHAAN MENINGKATKAN EFEKTIVTAS DALAM BEKERJA
Interaksi Spa Factory dengan program SCORE terjadi pada bulan Januari 2015 lalu. SCORE bekerjasama dengan perusahaan penyedia jasa pelatihan swasta, BEDO (Business Export Development Organization), menyelenggarakan sebuah pelatihan dalam rangka meningkatkan kinerja bagi perusahaan berskala kecil – menengah di Bali.
“Pertama kali menghadiri pelatihan dengan SCORE, saya membiarkan para karyawan saya untuk lebih aktif dalam berdiskusi dan melakukan pemetaan masala
h; saya rasa itu penting karena pelatihan ini sebenarnya menempatkan karyawan sebagai agent of change; sehingga apabila ada perubahan yang dirasa perlu, inisiatif itu benar-benar datang dari para karyawan,” kata Maria.
“Pelatihan SCORE itu tidak membosankan, berbeda sekali dengan pelatihan-pelatihan yang pernah kami ikuti,” kata Maulina Soliha, Kepala Produksi Spa Factory.
Sekembali dari pelatihan SCORE, para karyawan dan pimpinan PT. Spa Factory berkomitmen untuk melakukan perubahan di perusahaan mereka. Hal itu ditandai dengan penandatanganan spanduk SCORE oleh seluruh karyawan dan pimpinan perusahaan.
Terkait dengan kebersihan dan pengorganisasian dalam perusahaan, 5S, para karyawan melakukan identifikasi permasalahan dan melihat bahwa mereka perlu melakukan pembenahan terutama di bagian gudang perusahaan. Tindakan inipun diikuti oleh pembentukan Tim peningkatan perusahaan (EIT- Enterprise Improvement Team). Salah satu tugas EIT adalah memastikan keberlangsungan kegiatan 5S diperusahaan serta menjaga semangat 5S tersebut di semua lini produksi.
Maulina juga menyata
kan: “Kantor kami memiliki ruang yang terbatas dan gudang kami sangat berantakan; semua barang bercampur baur dan tidak ada pengaturan ruangan yang baik serta identifikasi yang konsisten terhadap barang-barang yang ada,”kata Maulina.
Supervisor Assembling, Thoyibun Hora juga menambahkan bahwa selain rumit dan tidak teratur, karena tidak adanya pelabelan pada barang-barang; maka jika karyawan yang bertugas di bagian tersebut tidak masuk; menimbulkan kesulitan dalam pencarian barang diantara karyawan lainnya.
Maulina juga bercerita bahwa ruang R & D tempatnya bekerja adalah salah satu ruang yang juga berantakan. “File-file kerja dan alat produksi bertebaran dimana-mana. Saya malu membayangkannya lagi. Kini ruangan saya sangat rapi berkat 5S,”kata Maulina menambahkan.
Maulina Soliha bangga karena ruang R&D kini rapi dan teratur
Jeff Kristianto, salah seorang trainer dari BEDO yang mendampingi implementasi program SCORE di Spa Factory menyatakan bahwa,”EIT yang dibentuk memiliki antusiasme yang tinggi terhadap pelaksanaan program SCORE. Mereka selalu hadir dalam rapat dan aktif berdiskusi dengan para trainer dari BEDO untuk mendapatkan masukan-masukan professional terkait kerjasama yang lebih baik dan juga penerapan 5S; maka dari itu kegiatan 5S yang tadinya hanya akan dilakukan gudang, akhirnya merambah ke area produksi dan kantor,” kata Jeff gembira.
Selain 5S, Spa Factory juga mengalami peningkatan dalam hal komunikasi dan kerjasama. “Dahulu kami sering main tuding antar unit jika terjadi kesalahan; sekarang kami lebih berfokus pada identifikasi masalah dan mencari solusi. Hal ini dimungkinkan karena pertemuan teratur yang dilakukan setiap sore oleh para kepala divisi dan unit inventory untuk membicarakan berbagai permasalahan seperti order y
ang masuk,” jelas Maulina. Selain itu, mereka juga mengadakan pertemuan mingguan yang melibatkan seluruh divisi dalam perusahaan, termasuk juga bagian Sales. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari kesalahan produksi.
Perbaikan dalam sistem komunikasi pun dirasakan oleh Thoyibun. “Dulu sistem komunikasi kami sangat bersifat informal; kami tidak merasa perlu membuat permintaan barang secara tertulis, biasanya kami hanya berteriak saja meminta barang tersebut; maka kami bisa mendapatkannya. Dengan adanya SCORE kami belajar membangun sistem komunikasi. Sekarang kami harus mempunyai surat pengantar apabila kami meminta barang dari gudang dan hal ini ternyata memudahkan kami untuk melakukan penghitungan stok barang yang benar.”
Spa Factory juga mulai menggunakan papan pengumuman dengan maksimal untuk memastikan para karyawan mendapatkan informasi yang memadai mengenai hal-hal yang terkait dengan perusahaan, dll. Selain itu, adanya sarana pemberian saran untuk karyawan; dimana perusahaan mendapatkan masukan yang berarti dari karyawan dalam rangka meningkatkan efektifitas dalam bekerja dan hal-hal lainnya.
Melalui komitmen dan kerja k
eras perusahaan ini, dalam kurun waktu yang cukup singkat: dari bulan Januari – Maret 2015, terjadi perbaikan dalam komunikasi yang berdampak pada peningkatan kerjasama; hal tersebut menyebabkan perbaikan yang cukup signifikan di lini awal produksi; produk cacat di lini awal yang tadinya mencapai 4.12 % akhirnya menurun hingga 0 %. Sementara di akhir lini produksi; produk cacat yang tadinya mencapai 2% akhirnya menurun menjadi 0%.
MENJADI LEBIH BAIK
Selaku pimpinan perusahaan Spa Factory, Maria mengakui bahwa usaha berskala kecil-menengah (UKM) merupakan jenis usaha yang rentan terhadap perubahan dan perkembangan yang terjadi.
“Kebanyakan pembentukan sebuah UKM diawali dari rasa ketertarikan pemilik terhadap suatu hal, namun seringkali UKM-UKM yang ada tidak memiliki sebuah sistem manajemen yang baik; sehingga seringkali mereka malah mengalami kehancuran ketika usaha mereka semakin berkembang,”kata Maria.
Maria juga menambahkan bahwa SCORE merupakan salah satu pelatihan yang dinilai sangat memenuhi kebutuhan para pengusaha UKM di tanah air ini.
“Saya terus terang merasa sangat terbantu oleh program SCORE karena program ini datang pada saat yang tepat; apalagi ketika kami harus pindah dari tempat kami yang lama ke tempat kami yang baru sekarang ini; SCORE banyak membantu perencanaan hal-hal terkait alur kerja dan layout yang efisien, pengorganisasian dan kebersihan tempat kerja di tempat yang baru,”kata Maria.
spa factory kini menempati gedung baru di Kawasan ungasan
Sejak bulan April 2015, Spa Factory yang dahulu bertempat di Jalan Toyaning, Kuta-Bali ini, kini telah menempati lokasi baru di daerah kawasan Ungasan. Diatas tanah seluas 1,450 m2 PT. Spa Factory Bali berdiri dengan megahnya.
Di dalam ruang kerjanya yang harum wangi sereh dan daun mint, Maria menyatakan bahwa apa yang terjadi di balik pintu PT. Spa Factory menjadi sebuah tantangan sendiri. Sebelumnya alur kerja yang melibatkan berbagai unit kerja kerap menimbulkan permasalahan; oleh karena itu komunikasi dan kerjasama merupakan salah satu hal yang paling penting; selain juga 5S.
MARIA BERTEMU DENGAN SCORE DI RUANG KANTORNYA YANG TERTATA BERSIH“Saya sebelumnya tidak punya pengetahuan yang cukup untuk menjalankan sebuah pabrik, tetapi kini saya benar-benar memiliki kesempatan untuk mempelajarinya lewat SCORE, kata Maria.
“Saya sebagai pemilik perusahaan ini melihat program SCORE sebagai sebuah pembelajaran yang sangat berarti bagi para karyawan perusahaan saya. Mereka (karyawan) sering kali tidak melakukan suatu hal bukan karena tidak mau, tetapi karena mereka tidak tahu caranya. Misalnya 5S untuk pengaturan gudang yang baik, dll – itu merupakan pengetahuan yang mereka dapatkan melalui SCORE,”kata Maria.
Menurutnya para pengusaha sering kali berasumsi bahwa para karyawan seharus mengetahui berbagai hal yang dapat membuat perusahaan untuk bekerja secara lebih efektif dan efisien; namun ternyata tidak semua karyawan memiliki pengetahuan dan pengalaman bekerja yang cukup; disini Maria menilai kesalahan pengusaha karena tidak memberikan pelatihan dan guideline yang memadai.
“Ketika para karyawan memiliki pengetahuan dari pelatihan SCORE, mereka menjadi begitu bersemangat untuk melakukan perubahan di tempat kerja dan mereka betul-betul merasakan manfaatnya,”kata Maria.
Keberhasilan Spa Factory dalam mengimplementasikan program SCORE di perusahaan ternyata meningkatkan semangat kerja para karyawan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat absensi karyawan menurun dari 3% di bulan Januari menjadi 1% di bulan Maret 2015 lalu.
Thoyibun dari unit assembling berkata; “Karena tempat kerja rapi dan bersih, alur kerja dan komunikasi berjalan dengan baik, saya kadang tidak menyadari waktu berjalan dengan cepat sekali, tiba-tiba sudah waktunya pulang. Saya betah sekali disini seperti rumah kedua,”